Pada saat dia masuk sekolah dasar,
dia sendiri sudah sangat mengerti,
harus giat belajar dan menjadi
juara di sekolah. Inilah yang bisa
membuat papanya yang tidak
berpendidikan menjadi bangga di
desanya. Dia tidak pernah
mengecewakan papanya, dia pun
bernyanyi untuk papanya. Setiap
hal yang lucu yang terjadi di
sekolahnya diceritakan kepada
papanya. Kadang-kadang dia bisa
nakal dengan mengeluarkan soal-
soal yang susah untuk menguji
papanya.
Setiap kali melihat senyuman
papanya, dia merasa puas dan
bahagia. Walaupun tidak seperti
anak-anak lain yang memiliki
mama, tetapi bisa hidup bahagia
dengan papa, ia sudah sangat
berbahagia.
Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan
mulai mengalami mimisan. Pada
suatu pagi, saat Yu Yuan sedang
mencuci muka, ia menyadari
bahwa air cuci mukanya sudah
penuh dengan darah yang
ternyata berasal dari hidungnya.
Dengan berbagai cara, tidak bisa
menghentikan pendarahan
tersebut sehingga papanya
membawa Yu Yuan ke
puskesmas desa untuk disuntik.
Tetapi sayangnya dari bekas
suntikan itu juga mengerluarkan
darah dan tidak mau berhenti. Di
pahanya mulai bermunculan
bintik-bintik merah. Dokter
tersebut menyarankan papanya
untuk membawa Yu Yuan ke
rumah sakit untuk diperiksa.
Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan
tidak mendapatkan nomor karena
antrian sudah panjang. Yu Yuan
hanya bisa duduk sendiri di kursi
yang panjang untuk menutupi
hidungnya. Darah yang keluar dari
hidungnya bagaikan air yang terus
mengalir dan memerahi lantai.
Karena
papanya merasa tidak enak,
kemudian mengambil sebuah
baskom kecil untuk menampung
darah yang keluar dari hidung Yu
Yuan. Tidak sampai sepuluh menit,
baskom yang kecil tersebut sudah
penuh berisi darah yang keluar
dari hidung Yu Yuan.
Dokter yang melihat keadaaan ini
cepat-cepat membawa Yu Yuan
untuk diperiksa. Setelah diperiksa,
dokter menyatakan bahwa Yu
Yuan terkena Leukimia ganas.
Pengobatan penyakit tersebut
sangat mahal yang memerlukan
biaya sebesar $ 300.000. Papanya
mulai cemas melihat anaknya yang
terbaring lemah di ranjang.
Papanya hanya memiliki satu niat
yaitu menyelamatkan anaknya.
Dengan berbagai cara meminjam
uang
ke sanak saudara dan teman dan
ternyata, uang yang terkumpul
sangatlah sedikit. Papanya
akhirnya mengambil keputusan
untuk menjual rumahnya yang
merupakan harta satu-satunya.
Tapi karena rumahnya terlalu
kumuh, dalam waktu yang singkat
tidak bisa menemukan seorang
pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih
dan pipi yang kian hari kian kurus.
Dalam hati Yu Yuan merasa sedih.
Pada suatu hari Yu Yuan menarik
tangan papanya, air mata pun
mengalir di kala kata-kata belum
sempat terlontar. "Papa saya ingin
mati". Papanya dengan pandangan
yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu
baru berumur 8 tahun,
kenapa mau mati". "Saya adalah
anak yang dipungut, semua orang
berkata nyawa saya tak berharga,
tidaklah cocok dengan penyakit ini,
biarlah saya keluar dari rumah
sakit ini."
Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan
mewakili papanya yang tidak
mengenal huruf, menandatangani
surat keterangan pelepasan
perawatan. Anak yang berumur
delapan tahun itu pun mengatur
segala sesuatu yang berhubungan
dengan pemakamannya sendiri.
Hari itu juga setelah pulang ke
rumah, Yu Yuan yang sejak kecil
tidak pernah memiliki permintaan,
hari itu meminta dua permohonan
kepada papanya. Dia ingin
memakai baju baru dan berfoto.
Yu Yuan berkata kepada papanya:
"Setelah saya tidak ada, kalau papa
merindukan saya, lihatlah foto ini".
Hari kedua, papanya menyuruh
bibi menemani Yu Yuan pergi ke
kota dan membeli baju baru. Yu
Yuan sendirilah yang memilih baju
yang dibelinya. Bibinya memilihkan
satu rok yang berwarna putih
dengan corak bintik-bintik merah.
Begitu mencoba dan tidak rela
melepaskannya. Kemudian mereka
bertiga tiba di sebuah studio foto.


XtGem Forum catalog