-: harapan :-
Seorang teman bertanya,
“ kenapa jam di rumah mu tidak
ada yang tepat waktu”?
Kalau diperhatikan memang
demikian, Jam di ruang tamu ku
lebih 30 menit, di ruang TV juga
demikian sedangkan di ruang
kamar tamu dan kamarku sendiri
berbeda sekitar 1 jam. Walau
demikian aku hafal dengan
perbedaan waktu tersebut. Lalu
seperti pertanyaan dari teman
ku…”untuk apa itu dilakukan”??
Hmmm rasanya enak saja kalau
tiba-tiba terbangun jam
menunjukan pukul 05:30 pagi,
dan aku tahu bahwa itu masih
jam 04:30 pagi.. artinya masih
ada waktu kurang lebih 1/2 jam
untuk tidur kembali sebelum
kemudian bangun untuk
melaksanakan sholat subuh. Atau
ketika terburu-buru hendak
pergi atau melakukan sesuatu
begitu melihat jam di ruang
keluarga masih menyisakan
waktu 1/2 jam untuk
mempersiapkan segala
sesuatunya dan memastikan
semuanya sudah siap.
Entahlah .bagiku mempunyai
kelebihan waktu 1/2 jam sampai
1 jam menjadi suatu sumber
harapan dimana saya masih
berharap untuk tidur kembali
atau bisa datang ke kantor ku
tepat waktu walau jam di
pergelangan tangan ku
menunjukan hal yang sebaliknya.
Harapan…mungkin inilah yang
membuat saya senang
memajukan jam di rumah dan
juga dipergelangan tangan ku
untuk tidak tepat waktu
Seperti harapan yang dimiliki Ben
teman ku yang dengan mata
berbinar-binar menyerahkan
proposal project kepadaku walau
berulang kali kukatakan bahwa
aku hanya bersifat membantu
mendaftakrkan saja tanpa bisa
membantunya untuk lolos tender
kali ini. Atau seperti Tika yang
terlihat cerah dengan senyum
manisnya ketika tahu bahwa
menurut dokter kandunganya
dia dan suaminya tidak
mempunyai masalah dalam hal
reproduksi maka besar
kemungkinan untuk mempunyai
anak..ini hanya tinggal masalah
waktu.. begitu katanya..
Harapan seringkali membangun
mimpi seseorang, dengan
harapan seseorang bisa melihat
dunia dengan segala
keindahannya..mensyukuri
keberadaan dirinya dan merasa
mampu untuk tetap bertahan.
Seorang penyair menyatakan
bahwa harapan itu seperti sayap
burung yang mampu membawa
terbang dirinya ke alam bebas
untuk bisa merasakan hidup
yang sejatinya. Berbeda dengan
orang-orang yang tidak
mempunyai harapan, mereka
akan berputus asa. Melihat dunia
dari kegelapan, merasakan
bahwa keberadaanya tak ada
gunanya lagi sehingga banyak
juga orang yang berputus asa
akhirnya menyakiti diri mereka
sendiri bahkan ada yang bisa
untuk mengakhiri keberadaan
dirinya sendiri.
Jangan heran kalau berkunjung
ke rumah Pakde ku yang tinggal
di kawasan Bandung timur, di
rumahnya ada 3 tangga kayu
yang tergeletak di dalam garasi
mobilnya. Padahal dengan
kondisi rumah hanya satu lantai
tanpaada pohon besar, boleh di
pertanyakan kegunaan tangga
tsb.
Itupun yang kutanyakan pada
Beliau, mengapa Pakde harus
memiliki tangga kayu bahwa
sampai 3 buah banyaknya.Pakde
ku mengatakan bahwa kadang
kala beliau melihat penjual
tangga yang berkeliling komplek,
mereka memikul tangga2
tersebut di pundaknya bahkan
sampai 5 buah banyaknya.
Bagaimana perasaan tukang
tangga yang dengan susah
payah memikul tangga tersebut
berjalan berkilo-kilo dan
berharap bahwa tangga2 akan
terjual dan ternyata tidak
satupun tangga yang terjual..
Beliau mengatakan bahwa tidak
semata-mata dia membeli tangga
untuk mendapatkan tangganya
tapi lebih kepada memberikan
harapan dan berbagi rezeki
dengan si tukang
tangga.Mungkin harga tangga
dan keuntungan bagi tukang
tangga tidaklah seberapa tapi
harapan yang muncul dalam
dirinyalah yang bisa membuat
tukang tangga bertahan memikul
dengan susah payah tangga2
yang berat di pundaknya dan
menjajakan tangga tersebut
dengan berjalan kaki berkilo-kilo.
Harapan seringkali membuat kita
kuat dan mampun bertahan,
tanpa harapan mungkin saja kita
tidak akan dapat bertahan walau
hanya sesaat.
Lalu harapan apa yang kau
pegang hari ini???