Mobil yang dia berikan
untukku aku kembalikan
padanya. Aku
mengumpulkan
tabunganku yang
kusimpan dari sisa2 uang
belanja, lalu aku belikan
motor untuk mengantar
dan menjemput anak2ku.
Mario merasa heran,
karena aku tidak pernah
lagi bermanja dan minta
dibelikan bermacam2
merek tas dan baju. Aku
terpuruk dalam
kehancuranku. Aku dulu
memintanya menikahiku
karena aku malu terlalu
lama pacaran, sedangkan
teman2ku sudah menikah
semua. Ternyata dia
memang tidak pernah
menginginkan aku menjadi
istrinya.
Betapa tidak berharganya
aku. Tidakkah dia tahu,
bahwa aku juga seorang
perempuan yang berhak
mendapatkan kasih sayang
dari suaminya ? Kenapa dia
tidak mengatakan saja,
bahwa dia tidak mencintai
aku dan tidak
menginginkan aku ? itu
lebih aku hargai daripada
dia cuma diam dan
mengangguk dan
melamarku lalu
menikahiku. Betapa
malangnya nasibku.
Mario terus menerus
sakit2an, dan aku tetap
merawatnya dengan setia.
Biarlah dia mencintai
perempuan itu terus
didalam hatinya. Dengan
pura2 tidak tahu, aku
sudah membuatnya
bahagia dengan mencintai
perempuan itu.
Kebahagiaan Mario adalah
kebahagiaanku juga,
karena aku akan selalu
mencintainya.
**********
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop
surat2 itu dengan air mata
berlinang. Tanah
pemakaman itu masih
basah merah dan masih
dipenuhi bunga.
” Mario, suamiku….
Aku tidak pernah
menyangka pertemuan kita
saat aku pertama kali
bekerja dikantormu, akan
membawaku pada cinta
sejatiku. Aku begitu
terpesona padamu yang
pendiam dan tampak
dingin. Betapa senangnya
aku ketika aku tidak
bertepuk sebelah tangan.
Aku mencintaimu, dan
begitu posesif ingin
memilikimu seutuhnya. Aku
sering marah, ketika kamu
asyik bekerja, dan tidak
memperdulikan aku. Aku
merasa diatas angin, ketika
kamu hanya diam dan
menuruti keinginanku…
Aku pikir, aku si puteri
cantik yang diinginkan
banyak pria, telah
memenuhi ruang hatimu
dan kamu terlalu
mencintaiku sehingga mau
melakukan apa saja
untukku …..
Ternyata aku keliru…. aku
menyadarinya tepat sehari
setelah pernikahan kita.
Ketika aku membanting
hadiah jam tangan dari
seorang teman kantor dulu
yang aku tahu sebenarnya
menyukai Mario.
Aku melihat matamu
begitu terluka, ketika
berkata, ” kenapa, Rima ?
Kenapa kamu mesti
cemburu ? dia sudah
menikah, dan aku sudah
memilihmu menjadi
istriku ?”
Aku tidak perduli,dan
berlalu dari hadapanmu
dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal,
memintamu melamarku.
Engkau tidak pernah
bahagia bersamaku. Aku
adalah hal terburuk dalam
kehidupan cintamu. Aku
bukanlah wanita yang
sempurna yang engkau
inginkan.
Istrimu,
Rima”
Di surat yang lain,
“………Kehadiran
perempuan itu
membuatmu berubah,
engkau tidak lagi sedingin
es. Engkau mulai terasa
hangat, namun tetap saja
aku tidak pernah melihat
cahaya cinta dari matamu
untukku, seperti aku
melihat cahaya yang penuh
cinta itu berpendar dari
kedua bola matamu saat
memandang Meisha ……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku bersumpah, akan
membuatmu jatuh cinta
padaku.
Aku telah berubah, Mario.
Engkau lihat kan, aku tidak
lagi marah2 padamu, aku
tidak lagi suka
membanting2 barang dan
berteriak jika emosi. Aku
belajar masak, dan selalu
kubuatkan masakan yang
engkau sukai. Aku tidak
lagi boros, dan selalau
menabung. Aku tidak lagi
suka bertengkar dengan
ibumu. Aku selalu
tersenyum menyambutmu
pulang kerumah. Dan aku
selalu meneleponmu, untuk
menanyakan sudahkah
kekasih hatiku makan
siang ini? Aku merawatmu
jika engkau sakit, aku tidak
kesal saat engkau tidak
mau aku suapi, aku
menungguimu sampai
tertidur disamping tempat
tidurmu, dirumah sakit
saat engkau dirawat,
karena penyakit
pencernaanmu yang selalu
bermasalah …….
Meskipun belum terbit
juga, sinar cinta itu dari
matamu, aku akan tetap
berusaha dan
menantinya ……..”
Meisha menghapus air
mata yang terus mengalir
dari kedua mata
indahnya … dipeluknya
Jelita yang tersedu-sedu
disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari
ulang tahun pernikahan
kami yang ke-9. Tahun lalu
engkau tidak pulang
kerumah, tapi tahun ini
aku akan memaksamu
pulang, karena hari ini aku
akan masak, masakan yang
paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar
membuatnya dirumah
Bude Tati, sampai
kehujanan dan basah
kuyup, karena waktu
pulang hujannya deras
sekali, dan aku hanya
mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah
kemarin malam, aku
melihat sinar kekhawatiran
dimatamu. Engkau
memelukku, dan
menyuruhku segera ganti
baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun
aku mengenalmu, 6 tahun
kita pacaran, dan hampir 9
tahun kita menikah, baru
kali ini aku melihat sinar
kekhawatiran itu dari
matamu, inikah tanda2
cinta mulai bersemi
dihatimu ? ………”
Jelita menatap Meisha, dan
bercerita,
” Siang itu Mama
menjemputku dengan
motornya, dari jauh aku
melihat keceriaan diwajah
mama, dia terus melambai-
lambaikan tangannya
kepadaku. Aku tidak
pernah melihat wajah yang
sangat bersinar dari mama
seperti siang itu, dia begitu
cantik. Meskipun dulu
sering marah2 kepadaku,
tapi aku selalu
menyayanginya. Mama
memarkir motornya
diseberang jalan, Ketika
mama menyeberang jalan,
tiba2 mobil itu lewat dari
tikungan dengan
kecepatan tinggi…… aku
tidak sanggup melihatnya
terlontar, Tante ….. aku
melihatnya masih
memandangku sebelum
dia tidak lagi bergerak ……”
Jelita memeluk Meisha dan
terisak-isak. Bocah cantik
ini masih terlalu kecil untuk
merasakan sakit di hatinya,
tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan
selembar kertas yang dia
print tadi pagi. Mario
mengirimkan email lagi
kemarin malam, dan
tadinya aku ingin Rima
membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku
mulai merasakan Rima
berbeda, dia tidak lagi
marah2 dan selalu
berusaha menyenangkan
hatiku. Dan tadi, dia pulang
dengan tubuh basah
kuyup karena kehujanan,
aku sangat khawatir dan
memeluknya. Tiba2 aku
baru menyadari betapa
beruntungnya aku memiliki
dia. Hatiku mulai
bergetar …. Inikah tanda2
aku mulai mencintainya ?
Aku terus berusaha
mencintainya seperti yang
engkau sarankan, Meisha.
Dan besok aku akan
memberikan surprise
untuknya, aku akan
membelikan mobil mungil
untuknya, supaya dia tidak
lagi naik motor kemana-
mana. Bukan karena dia
ibu dari anak2ku, tapi
karena dia belahan
jiwaku….
Meisha menatap Mario
yang tampak semakin
ringkih, yang masih
terduduk disamping nisan
Rima. Diwajahnya tampak
duka yang dalam.
Semuanya telah terjadi,
Mario. Kadang kita baru
menyadari mencintai
seseorang, ketika
seseorang itu telah pergi
meninggalkan kita.