SEDIKIT RENUNGAN BUAT
KITA-KITA YANG MASIH
MUDA ( YANG KELAK AKAN
MENJADI TUA PULA ... )
Suatu hari seorang
sahabat saya pergi ke
rumah orang jompo atau
lebih terkenal dengan
sebutan panti werdha
bersama dengan teman-
temannya. Kebiasaan ini
mereka lakukan untuk
lebih banyak mengenal
bahwa akan lebih
membahagiakan kalau kita
bisa berbagi pada orang-
orang yang kesepian
dalam hidupnya.
Ketika teman saya sedang
berbicara dengan
beberapa ibu-ibu tua, tiba-
tiba mata teman saya
tertumpu pada seorang
opa tua yang duduk
menyendiri sambil
menatap kedepan dengan
tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba
mendekati opa itu dan
mencoba mengajaknya
berbicara. Perlahan tapi
pasti sang opa akhirnya
mau mengobrol
dengannya sampai
akhirnya si opa
menceritakan kisah
hidupnya.
Si opa memulai cerita
tentang hidupnya sambil
menghela napas panjang.
Sejak masa muda saya
menghabiskan waktu saya
untuk terus mencari usaha
yang baik untuk keluarga
saya, khususnya untuk
anak-anak yang sangat
saya cintai. Sampai
akhirnya saya mencapai
puncaknya dimana kami
bisa tinggal dirumah yang
sangat besar dengan
segala fasilitas yang sangat
bagus.
Demikian pula dengan
anak-anak saya, mereka
semua berhasil sekolah
sampai keluar negeri
dengan biaya yang tidak
pernah saya batasi.
Akhirnya mereka semua
berhasil dalam sekolah
juga dalam usahanya dan
juga dalam berkeluarga.
Tibalah dimana kami
sebagai orangtua merasa
sudah saatnya pensiun
dan menuai hasil panen
kami. Tiba-tiba istri
tercinta saya yang selalu
setia menemani saya dari
sejak saya memulai
kehidupan ini meninggal
dunia karena sakit yang
sangat mendadak. Lalu
sejak kematian istri saya
tinggallah saya hanya
dengan para pembantu
kami karena anak-anak
kami semua tidak ada
yang mau menemani saya
karena mereka sudah
mempunyai rumah yang
juga besar. Hidup saya
rasanya hilang, tiada lagi
orang yang mau
menemani saya setiap saat
saya memerlukan nya.
Tidak sebulan sekali anak-
anak mau menjenguk saya
ataupun memberi kabar
melalui telepon. Lalu tiba-
tiba anak sulung saya
datang dan mengatakan
kalau dia akan menjual
rumah karena selain tidak
effisien juga toh saya
dapat ikut tinggal
dengannya. Dengan hati
yang berbunga saya
menyetujuinya karena toh
saya juga tidak
memerlukan rumah besar
lagi tapi tanpa ada orang-
orang yang saya kasihi di
dalamnya. Setelah itu saya
ikut dengan anak saya
yang sulung.
Tapi apa yang saya
dapatkan ? setiap hari
mereka sibuk sendiri-
sendiri dan kalaupun
mereka ada di rumah tak
pernah sekalipun mereka
mau menyapa saya. Semua
keperluan saya pembantu
yang memberi. Untunglah
saya selalu hidup teratur
dari muda maka meskipun
sudah tua saya tidak
pernah sakit-sakitan.
Lalu saya tinggal dirumah
anak saya yang lain. Saya
berharap kalau saya akan
mendapatkan sukacita
idalamnya, tapi rupanya
tidak. Yang lebih
menyakitkan semua alat-
alat untuk saya pakai
mereka ganti, mereka
menyediakan semua
peralatan dari kayu
dengan alasan untuk
keselamatan saya tapi
sebetulnya mereka sayang
dan takut kalau saya
memecahkan alat-alat
mereka yang mahal-mahal
itu. Setiap hari saya makan
dan minum dari alat-alat
kayu atau
plastik yang sama dengan
yang mereka sediakan
untuk para pembantu dan
anjing mereka. Setiap hari
saya makan dan minum
sambil mengucurkan
airmata dan bertanya
dimanakah hati nurani
mereka?
Akhirnya saya tinggal
dengan anak saya yang
terkecil, anak yang dulu
sangat saya kasihi
melebihi yang lain karena
dia dulu adalah seorang
anak yang sangat
memberikan kesukacitaan
pada kami semua. Tapi apa
yang saya dapatkan?
Setelah beberapa lama
saya tinggal disana
akhirnya anak saya dan
istrinya mendatangi saya
lalu mengatakan bahwa
mereka akan mengirim
saya untuk tinggal di panti
jompo dengan alasan
supaya saya punya teman
untuk berkumpul dan juga
mereka berjanji akan
selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah 2 tahun
saya disini tapi tidak
sekalipun dari mereka
yang datang untuk
mengunjungi saya apalagi
membawakan makanan
kesukaan saya. Hilanglah
semua harapan saya
tentang anak-anak yang
saya besarkan dengan
segala kasih sayang dan
kucuran keringat. Saya
bertanya-tanya mengana
kehidupan hari tua saya
demikian menyedihkan
padahal saya bukanlah
orangtua yang
menyusahkan, semua
harta saya mereka ambil.
Saya hanya minta sedikit
perhatian dari mereka tapi
mereka sibuk dengan diri
sendiri.
Kadang saya menyesali diri
mengapa saya bisa
mendapatkan anak-anak
yang demikian buruk.
Masih untung disini saya
punya teman-teman dan
juga kunjungan dari
sahabat - sahabat yang
mengasihi saya tapi tetap
saya merindukan anak-
anak saya.
Sejak itu sahabat saya
selalu menyempatkan diri
untuk datang kesana dan
berbicara dengan sang
opa.
Lambat laun tapi pasti
kesepian di mata sang opa
berganti dengan keceriaan
apalagi kalau sekali-sekali
teman saya membawa
serta anak-anaknya untuk
berkunjung.
Sampai hatikah kita
membiarkan para
orangtua kesepian dan
menyesali hidupnya hanya
karena semua kesibukan
hidup kita.
Bukankah suatu haripun
kita akan sama dengan
mereka, tua dan
kesepian ?
Ingatlah bahwa tanpa
Ayah dan Ibu, kita tidak
akan ada di dunia dan
menjadi seperti ini.
Jika kamu masih
mempunyai orang tua,
bersyukurlah sebab
banyak anak yatim-piatu
yang merindukan kasih
sayang orang tua.
Jika kamu membaca ini
berarti masih ada orang
yang peduli kepadamu
untuk mengingatkan jasa
kedua orang tuamu.
When was the last time
you chat to your parent?
THEY NEED YOU!
Love your parents in
anyway they are...