Peristiwa kecelakaan itu aku juga
tahu dari orang lain, pagi itu
nenek
berjalan ke arah terminal,
rupanya dia mau kembali ke
kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek
juga berlari makin cepat sampai
tidak
melihat sebuah bus yg datang ke
arahnya dengan kencang. Aku
baru
mengerti mengapa pandangan
suamiku penuh dengan
kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami
tidak bertengkar,
jika........ ......dimatanya, akulah
penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek,
setiap malam pulang kerja
dengan badan
penuh dengan bau asap rokok
dan alkohol. Aku merasa bersalah
tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-
injak. Aku ingin menjelaskan
bahwa semua
ini bukan salahku dan juga
memberitahunya bahwa kami
akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat
sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela
dipukul atau dimaki-maki
olehnya
walaupun ini bukan salahku.
Waktu berlalu dengan sangat
lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti
tidak mengenal satu sama lain.
Dia pulang
makin larut malam. Suasana
tegang didalam rumah.
?
Suatu hari, aku berjalan melewati
sebuah café, melalui keremangan
lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat
suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak
rambut sang gadis dengan
mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg
telah terjadi. Aku masuk kedalam
dan
berdiri di depan mereka sambil
menatap tajam kearahnya. Aku
tidak
menangis juga tidak berkata
apapun karena aku juga tidak
tahu harus
berkata apa. Sang gadis
melihatku dan ke arah suamiku
dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh
suamiku dan menatap kembali
ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah
tajam dariku. Suara detak
jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak
suara seperti suara menuju
kematian.
Akhirnya aku mengalah dan
berlalu dari hadapan mereka, jika
tidak..
mungkin aku akan jatuh
bersama bayiku dihadapan
mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke
rumah. Seakan menjelaskan
padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek,
rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia
tidak kembali lagi ke rumah,
kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku
mendapati lemari seperti bekas
dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil
barang-barang keperluannya.
Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun
kadang terbersit suatu keinginan
untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu
tidak terjadi..... ...., semua berlalu
begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri,
pergi check kandungan seorang
diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri
sedang check kandungan
bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman
menyarankan agar aku
membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg
sedang histeris
mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai
pembuktian kepada nenek
bahwa aku tidak
bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku
melihat dia duduk didepan ruang
tamu.
Ruangan penuh dengan asap
rokok dan ada selembar kertas
diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu
surat apa itu.2 bulan hidup
sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi.
Sambil membuka mantel dan topi
aku berkata
kepadanya:"" Tunggu sebentar,
aku akan segera menanda
tanganinya"" .Dia
melihatku dengan pandangan
awut-awutan demikian juga aku.
Aku berkata
pada diri sendiri, jangan
menangis, jangan menangis.
Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus
bertahan agar air mata ini tidak
keluar.
?
Selesai membuka mantel, aku
berjalan ke arahnya dan ternyata
dia
memperhatikan perutku yg agak
membuncit. Sambil duduk di
kursi, aku
menanda tangani surat itu dan
menyodorkan kepadanya."" Lu Di,
kamu
hamil?"" Semenjak nenek
meninggal, itulah pertama kali
dia berbicara
kepadaku.. Aku tidak bisa lagi
membendung air mataku yg
menglir keluar
dengan derasnya. Aku
menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-
apa.. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi,
dalam keremangan ruangan
kami saling
berpandangan. . Perlahan-lahan
dia membungkukan badannya ke
tanganku, air
matanya terasa menembus
lengan bajuku.Tetapi di lubuk
hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg
sudah pergi dan tidak bisa
diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku
mendengar dia mengucapkan
kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah
berpikir untuk memaafkannya
tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu
tidak akan pernah aku
lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah
luka yg menganga. Semua ini
adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan
mencair, tetapi yang telah berlalu
tidak
akan pernah kembali.Hanya
sewaktu memikirkan bayiku, aku
bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya,
hatiku dingin bagaikan es, tidak
pernah
menyentuh semua makanan
pembelian dia, tidak menerima
semua hadiah
pemberiannya tidak juga
berbicara lagi dengannya. Sejak
menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya
sudah berlalu, harapanku telah
lenyap
tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke
kamar untuk tidur bersamaku,
aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia
terpaksa kembali ke kamar
nenek. Malam hari,
terdengar suara orang
mengerang dari kamar nenek
tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia
dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura
sakit sampai aku
menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu
akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........ . ,
itu adalah dulu, saat cintaku
masih
membara, sekarang apa lagi yg
aku miliki?
?
Begitu seterusnya, setiap malam
aku mendengar suara orang
mengerang
sampai anakku lahir. Hampir
setiap hari dia selalu membeli
barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan
anak-anak dan buku-buku
bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi
setumpuk sampai kamarnya
penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia
mencoba menarik simpatiku
tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia
mengurung diri dalam kamar,
malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara
pencetan keyboard komputer.
Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan
berpacaran di dunia maya
pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.
?
Suatu malam di musim semi,
perutku tiba-tiba terasa sangat
sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras.
Dia segera berlari masuk ke
kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur.
Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan
berlari mencari taksi ke rumah
sakit.
Sepanjang jalan, dia
mengenggam dengan erat
tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku.
Sampai di rumah sakit, aku
segera
digendongnya menuju ruang
bersalin. Di punggungnya yg
kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam
dekapannya. Sepanjang hidupku,
siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa
jika bukan dia?
?
Sampai dipintu ruang bersalin,
dia memandangku dengan
tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong
menuju persalinan, sambil
menahan sakit
aku masih sempat tersenyum
padanya. Keluar dari ruang
bersalin, dia
memandang aku dan anakku
dengan wajah penuh dengan air
mata sambil
tersenyum bahagia. Aku
memegang tangannya, dia
membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan
menangis lalu terjerambab ke
lantai. Aku
berteriak histeris memanggil
namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum
tetapi tidak bisa membuka
matanya...aku
pernah berpikir tidak akan lagi
meneteskan sebutir air matapun
untuknya,
tetapi kenyataannya tidak
demikian, aku tidak pernah
merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker
hatinya sudah sampai pada
stadium
mematikan, bisa bertahan
sampai hari ini sudah
merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah
kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg
lalu kata
dokter, bersiap-siaplah
menghadapi kemungkinan
terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat,
aku segera pulang ke rumah dan
ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.
?
Ternyata selama ini suara orang
mengerang adalah benar apa
adanya, aku
masih berpikir dia sedang
bersandiwara. ....Sebuah surat yg
sangat panjang
ada di dalam komputer yg
ditujukan kepada anak
kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku
bisa melihatmu. Itu adalah
harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan
menghadapi semua bentuk
kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia
jika aku bisa melaluinya
bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai
kesempatan untuk itu. Didalam
komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan
nasehat terhadap segala
kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu
boleh mempertimbangkan saran
ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat
ini, ayah merasa telah
menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah
sungguh bahagia. Cintailah
ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah
orang yg paling mencintaimu
dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".
Mulai dari kejadian yg mungkin
akan terjadi sejak TK, SD, SMP,
SMA
sampai kuliah, semua tertulis
dengan lengkap didalamnya. Dia
juga
menulis sebuah surat
untukku.""Kasihku, dapat
menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan
dalam hidup ini. Maafkan
salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu
tentang penyakitku. Aku tidak
mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh
karenanya. Kasihku, jika engkau
menangis
sewaktu membaca surat ini,
berarti kau telah memaafkan aku.
Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini.
Hadiah-hadiah ini aku tidak
punya
kesempatan untuk
memberikannya pada anak kita.
Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian
padanya""."
?
Kembali ke rumah sakit, suamiku
masih terbaring lemah. Aku
menggendong
anak kami dan
membaringkannya diatas
dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja,
lihatlah anak kita. Aku mau dia
merasakan
kasih sayang dan hangatnya
pelukan ayahnya".Dengan susah
payah dia
membuka matanya,
tersenyum... ......... ...anak itu tetap
dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil
memegangi tangan ayahnya yg
kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret
berapa kali momen itu dengan
kamera di
tangan sambil berurai air
mata........ . ......... ...
sahabat terkasih, aku sharing
cerita ini kepada sahabat, agar
kita semua
bisa menyimak pesan dari cerita
ini.Mungkin saat ini air mata
kalian
sedang jatuh mengalir atau mata
masih sembab sehabis
menangis, ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada
sesuatu yg mengganjal di hati
diantara
kalian yg saling mengasihi,
sebaiknya utarakanlah jangan
simpan didalam
hati. Siapa tau apa yg akan
terjadi besok? Ada sebuah
pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari
kiamat, apakah kita akan
menyesali semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa
yg telah kita ucapkan? Sebelum
segalanya
menjadi terlambat, pikirlah
matang2 semua yg akan kita
lakukan sebelum
kita menyesalinya seumur
hidup...
Semoga Bermanfaat